A. Sejarah
Kopi sebagai suatu produk minuman ringan, banyak digemari oleh hampir seluruh masyarakat di dunia, hampir semua orang selama hidupnya pernah meminum kopi baik itu dikala santai maupun forum formal, bahkan acara kenegaraan sekalipun tidak luput dari hidangan kopi. Kopi secara luas dikenal sebagai minuman stimulan yang dibuat dari biji kopi. Kopi pertama kali dikonsumsi orang diabad ke 9 didaerah dataran tinggi Ethiopia, dari sana lalu menyebar ke Mesir dan Yaman lalu diabad ke 15 menyebar ke Armenia, Persia, Turki dan Afrika Utara.
Indonesia adalah tempat perkebunan pertama diluar Arabia dan Ethiopia dan VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780.
Eksport kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dalam tempo 10 tahun eksport meningkat sampai 60 ton/tahun,
Pada Tahun 2007 Indonesia menghasilkan 420.000 metric ton kopi, dari hasil tersebut sekitar 271.000 ton diekspor dan selebihnya untuk konsumsi dalam negeri. Untuk eksport, sekitar 25% adalah kopi arabica yang dikenal bermutu tinggi sehingga digunakan untuk campuran kopi sejenis yang berasal dari Amerika Tengah dan Afrika Timur yang mempunyai “acidity coffee” yang tinggi.
B. Potensi Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani saat ini mencapai 683.889 ha dari 2.566.889 ha hutan yang dikelola Perum Perhutani di P. Jawa dan Madura, adanya rescoring kawasan hutan tahun 2003 membuat banyak kawasan hutan yang semula hutan produksi beralih fungsi menjadi hutan lindung khususnya di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Sesuai fungsinya hutan lindung diperuntukkan untuk memberikan manfaat perlindungan tanah dan air, menurut PP 6 tahun 2007 pada hutan lindung dimungkinkan untuk melakukan kegiatan usaha berupa pemanfaatan kawasan (budidaya tanaman obat, jamur,lebah madu ,penangkaran satwa), pemanfaatan jasa lingkungan (pemanfaatan air, wisata alam,penyimpanan karbon) dan pemungutan hasil hutan bukan kayu (rotan, buah, getah,madu).
C. Budidaya dan Prediksi Panen
Saat ini ada 20 varietas kopi arabica di Indonesia yang terbagi dalam 6 kategori yaitu :
1. Typica – ini tanaman yang aslinya dibawa oleh Belanda dan sebagian besar hancur ditahun 1880s, saat penyakit daun kopi menyerang Indonesia, tetapi di Bergandal dan Sidikalang, varieties Typica masih bisa ditemukan terutama ditempat dataran tinggi.
2. Hibrido de Timor (HDT) – dikenal juga dengan varietas “TimTim”, persilangan antara arabica dan robusta, pertama diambil tahun 1978 di Timor Timur lalu ditanam di Aceh tahun 1979.
3. Linie S – Varietas ini dikembangkan di perkebunan Bourbon, India dan jenis yang terkenal adalah S-288 dan S-795, bisa ditemukan di Lintong, Aceh, Flores dan daerah lain.
4. lines – Menyebar di Jawa tahun 1928 lalu juga ke Aceh. Varietas dari Ethiopia lain yang ditemukan di Sumatra ada yang disebut “USDA
5. Caturra cultivars: Caturra adalah mutasi dari kopi Bourbon coffee, nerasal dari Brasil.
6. Catimor lines – Persilangan antara Arabica dan Robusta sangat kurang aromanya. Tetapi ada jenis Catimor yang terkenal yaitu “Ateng-Jaluk”. Riset juga menunjukan bahwa varietas lokal catimor di Aceh menghasilkan karakteristik kopi yang sangat baik.
Kopi arabika dapat tumbuh optimal pada ketinggian 700-1700 m dpl, dengan intensitas curah hujan 1500-2500 mm/th,dan suhu 15-25 C,menghendaki daerah beriklim kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut,tetapi sesekali mendapat hujan kiriman (hujan yang turun di musim kemarau),peka terhadap serangan penyakit HV terutama bila ditanam kurang dari 500 m dpl dan hama lalat buah (brocca dalam bahasa spanyol). Tanaman kopi arabika membutuhkan naungan untuk tempat hidupnya sehingga dapat dikembangkan secara agroforestry dibawah tegakan hutan terutama di hutan lindung, intensitas cahaya yang ideal untuk tanaman kopi arabika berkisar 40-50%, tegakan yang menaungi terlalu rapat akan membuat kopi arabika kurang berbuah sedangkan naungan yg terlalu terbuka membuat tanaman kopi arabika menjadi cepat tidak produktif (lelah berbuah),sinar matahari yang cukup banyak akan merangsang terbentuknya kuncup bunga,bila sepanjang tahun tanaman kopi mendapatkan sinar matahari langsung secara terus menerus maka tanaman akan membentuk bunga sepanjang tahun akibatnya tanaman menghasilkan bunga melebihi kemampuannya.
Pembibitan secara generative (biji) dipilih dari tanaman kopi arabika yang telah berumur diatas 6 tahun, berbuah banyak dan besar buahnya serta tidak berpenyakit. Pada saat penyapihan dipilih polybag ukuran 1 kg dengan lama dipersemaian 10 bulan, pemilihan polybag yang besar untuk menjamin perakaran tidak tertekuk sebab jika banyak akar terlipat akan membuat produktifitas buah tidak optimal.
Untuk mendapatkan produksi buah kopi yang optimal dipilih tegakan hutan yang mempunyai intensitas cahaya 40-50%, membuat lubang tanam ukuran 60x60x60 cm dibiarkan selama 6 bulan diberi kompos/pupuk kandang 5 kg per lubang ,pada waktu bibit dimasukan diusahakan tidak ada akar yang terlipat karena akan mempengaruhi kualitas pertumbuhan dan produktivitas buah kopi nantinya.
Pembuatan tanaman kopi dengan teknik budidaya yang baik dan pemilihan lokasi yang tepat serta pemeliharaan yang kontinyu akan menghasilkan produktifitas buah yang optimal berkisar 5-10 kg/pohon/tahun atau senilai Rp. 30.000.000-60.000.000 per ha (asumsi jarak tanam 2 x 2,5 m atau 2000 pohon/ha, umur 4 tahun up,harga cherry gelondong Rp.3000/kg) tetapi apabila penanaman dilakukan apa adanya produktifitas buah kopi umumnya kurang dari 2 kg per pohon atau senilai kurang dari Rp 12.000.000 per ha sehingga dari kelayakan usaha tidak masuk dalam kriteria bisnis sebab kalau diperhitungkan dengan biaya pemeliharaan dan pemanenan profit marginnya sangat tipis.
Gambar 2. Buah Kopi saat panen
D. Kesimpulan
Untuk menggali peluang bisnis di hutan lindung melalui agroforestry tanaman kopi arabika harus dimulai dengan teknik budidaya yang baik, pembuatan bibit dari pohon induk terpilih, pembuatan persemaian yang menjamin perkembangan akar, pemilihan tegakan hutan yang memberikan intensitas cahaya yang tepat,pembuatan lubang tanam dan pemberian pupuk organic yang cukup,serta penanaman dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak membuat akar terlipat dan tepat dilakukan pada musim penghujan akan membuat tanaman kopi arabika mengasilkan buah kopi yang optimum sehingga menghasilkan nilai ekonomi yang secara bisnis layak untuk dikembangkan karena menghasilkan profit margin yang besar,sedangkan penanaman kopi yang dilakukan apa adanya akan menghasilkan buah kopi seadanya yang secara bisnis tidak dapat bersaing karena menghasilkan profit margin yang rendah.
Kami sunting dari nara sumber : Hery Darmawan, Perhutani
No comments:
Post a Comment