Thursday, January 3, 2013

SIAPAKAH GENERASI Y


“Mereka tak sama seperti kita dulu, dibesarkan dalam kesenangan, tak tahu kerja keras, tahunya hanya protes.”
“Dirusak oleh teknologi, lebih banyak bermain daripada bekerja.”
“Pindah kerja seenaknya. Tidak loyal… Mereka di sini bukan untuk membantu, tapi membuat masalah."  Itulah ungkapan yang sering muncul saat sekelompok senior berkumpul membahas para eksekutif muda atau karyawan baru. Yang terdengar lebih banyak keluhan daripada pujian.

Walaupun generasi ini terlihat pintar, agresif, dan senantiasa mau mencoba tetapi sikap mereka membuat manajemen khususnya bagian SDM sakit kepala! Mereka orang muda yang berani, bersemangat tetapi sering dianggap kurang ajar dan tidak tahu sopan santun. Baru seminggu bekerja, tanpa malu sudah berusaha minta fasilitas lebih, dan bahkan mau dan berani mengubah cara pengelolaan perusahaan. Mereka memang hebat dengan kemahiran multi tasking; sambil membalas email melalui iPad, masih bisa membalas pesan BlackBerry, juga pada waktu yang sama mereka  melakukan deal business melalui telefon! Mereka memakai jeans ke kantor dan iPod di telinga, diragukan apakah benar-benar bekerja? Di mana disiplin dan keseriusan yang selama ini sangat penting dalam ‘budaya’ perusahaan?

Apabila tepat jam 5 sore, mereka akan bergegas pulang untuk aktivitas pribadi seperti bermain futsal, fitness atau sekadar kongkow bersama teman-temannya. Kerja lembur? Tidak! Bagi mereka hal itu tanda gagal mengurus waktu dan kurang gesit menyelesaikan pekerjaan!
Akhir pekan, mereka biasanya sudah punya rencana libur bersama teman atau melakukan hobi sendiri. Namun mereka tidak menolak untuk menyelesaikan pekerjaan dari rumah atau dari tempat liburan, asal saja ada jaringan internet, pekerjaan dapat mereka selesaikan dengan baik tanpa perlu rapat demi rapat. Mereka memang sangat berbeda, karena itu mereka sering dikritik tapi mereka senang mengkritik.

Inilah fenomena yang sedang melanda dunia -gelombang baru perubahan yang dibawa oleh anak-anak muda yang mulai memasuki dunia pekerjaan. Jika Anda senior di perusahan, maka bersiaplah untuk berhadapan dengan mereka. Cara berpikir, cara pandang, cara hidup, juga cara mereka menentukan prioritas dan mendefinisikan kesuksesan sangat berbeda. Menurut Bruce Tulgan, penulis New Haven, “Para korporasi harus mulai bersiap-siap karena generasi ini --yang mencapai usia 30-– adalah sangat  berbeda dibanding generasi sebelumnya.”

Siapa Sesungguhnya Mereka?
Mereka dikenali sebagai Generasi Y (baca: generasi way), atau ada juga yang menggelarinya sebagai echo boomer dan millennials. Ada yang mengatakan, mereka lahir sekitar tahun1977-2002. Ada juga yang berpendapat, sekitar tahun 80an hingga tahun 2005. Namun yang jelas mereka adalah generasi baru yaitu anak-anak dari Generasi Baby Boomer yang hidup setelah Perang Dunia Kedua, atau cucu generasi setelah perang dunia kedua.
“Generasi Y ini dibesarkan dalam lingkungan yang sangat menitikberatkan anak-anak. Generasi ini diprogram dan dibentuk,” kata Cathy O’Neil, VP senior di perusahaan pengelolaan SDM Lee Hecht Harrison di Woodcliff Lake, New Jersey.“Keinginan mereka berbeda. Generasi millennium ini menunggu untuk mendapat masukan dari hasil kerja mereka.”

Dari kecil mereka diajari berpikir terbuka dan bebas menyuarakan pandangan dan keinginan mereka. Guru-guru dan orangtua membentuk generasi ini bebas berpikir, sering diberi feedback, pujian, dan dorongan. Mereka dibesarkan di zaman yang paling ‘aman’ dalam sejarah dan layak mengharapkan lebih banyak dari generasi sebelumnya. Bukan sekadar kebendaan, juga tempat kerja yang menawarkan peluang yang tidak terbatas. Hasilnya mereka sangat percaya diri, berani bersuara, dan tidak malu menyatakan pandangan.

Namun ini menjadikan mereka generasi yang tidak lagi hanya memikirkan uang semata. Mereka inginkan keadilan di dalam menilai pekerjaan mereka dan dihargai tidak hanya dengan gaji. Mereka dibesarkan dengan pujian dan penghargaan, kerana itu jika tidak mendapat feedback secara rutin dari atasan, mereka bisa merasa tidak dihargai dan akan pergi meninggalkan organisasi walaupun gaji yang ditawarkan tinggi. Mereka juga tidak akan menghormati seseorang hanya karena jabatan atau senioritas. Mereka hanya akan menghormati orang yang memperlihatkan sikap hormat kepada mereka. Kesetiaan bagi mereka tidak hanya dibangun dari bawah ke atas tetapi juga harus dari atas ke bawah.

Generasi anak-anak muda ini adalah wajah dunia masa depan, bercita-cita tinggi, kaya ide, ketagihan perubahan, berani dan seolah mampu melakukan apa  saja, kecuali satu… mengikut apa yang diarahkan tanpa sebab!  Menurut Jordan Kaplan, seorang professor sains pengelolaan di Long Island University-Brooklyn, New York, “Generasi Y sangat kurang mempercayai  manajemen konservatif ala command- dan - ala control. Namun, cara manajemen tersebut masih popular di tempat kerja saat ini”. Ia juga menambahkan, “Mereka dibesarkan bebas bertanya dan mempersoalkan orangtua, saat besar mereka juga akan merasa nyaman untuk bertanya dan mempersoalkan atasan. Ini sesungguhnya bagus tetapi hal itu akan mencemaskan manager yang berusia 50 tahun yang mana kebiasaannya hanya mengeluarkan arahan, ‘lakukan dan lakukannya sekarang!’”

Solusi

Sudah saatnya para pemimpin korporasi memikirkan hal ini dengan serius. Semua hal berubah. Begitu juga cara dalam menghadapi para pekerja baru yang memasuki dunia pekerjaan. Mereka tentu tidak sama seperti generasi 20 tahun lalu. Nilai-nilai yang dibawa oleh golongan muda ini seperti kecepatan, flexible, innovasi dan goal oriented, semua harus kita terima dan disesuaikan di dalam korporasi. Cara pengelolaan lama yang kurang fleksibel harus segera diubah untuk menyesuaikan diri dengan tenaga muda yang sedang haus mencari peluang untuk mengembangkan ide dan inovasi.

Namun semua itu belum cukup. Kunci keberhasilan jangka panjang dan kelangsungan sebuah perusahaan atau organisasi adalah bagaimana memotivasi dan membentuk talent-talent muda yang akan membawa Anda menguasai  masa depan. Bagaimana kita dapat memotivasi secara mendalam generasi yang terlihat sangat berbeda dengan kita ini? Bagaimana menanamkan nilai-nilai mulia yang selama ini kita pertahankan di perusahan seperti  integritas, kesetiaan, dan kebersamaan? Apa upaya yang harus dilakukan supaya terwujud kesefahaman antar generasi dan dapat bekerja dalam sebuah pasukan yang saling memahami?

Inilah yang sedang kami lakukan di Pertamina, Telkom, dan BRI, yaitu melatih dan membentuk value karyawan baru (generasi Y) yang sedang membanjiri berbagai koorporasi di Indonesia. Kita harus berhasil mentransfer tentang misi kehidupan, tentang nilai, dan tentang makna, yang selama ini tidak pernah diajarkan kepada mereka. Mereka rajin dan kuat bekerja tetapi tidak mau pekerjaan menguasai kehidupan mereka. Bekerja bagi mereka bukan segalanya, tetapi hanya sebagian dari kehidupan yang perlu dijalani. Mereka sesungguhnya memerlukan lebih dari sekadar gaji dan penghargaan.

Ingatlah, sesungguhnya bukan mereka berada di zaman kita, tapi kitalah yang sebenarnya hidup di zaman mereka. Sudah siapkah kita?

DR HC Ary Ginanjar Agustian, Founder ESQ LC

No comments:

Post a Comment