Sunday, September 19, 2010

Manusia Berarti

Menjadi manusia berarti,.. tak segampang kata-kata. Banyak yang telah kita lakukan selama hidup ini, namun kadang kala orang lain tak memandang kita sebagai orang yang turut berperan dalam membuat dirinya menjadi berarti. Yang disebut manusia berarti adalah manusia yang disaat tidak ada dalam suatu lingkungan atau dihadapan orang, maka lingkungan itu atau orang itu akan merasa kehilangan dan dibutuhkan.
Sepertinya demikian tapi kadang tidak juga seperti itu.

                                                                               Ilustrasi gambar :

Seorang kakek dan pemuda desa sekitar hutan setiap hari mencari kayu bakar di hutan sekitar rumahnya, kayu bakar tersebut sebagian dijual dan sebagian lagi digunakan untuk kebutuhan sendiri. Untuk memperolehnya terkadang harus berhadapan dengan petugas / polisi hutan (untuk memastikan apakah kayu2 tersebut bukan berasal dari tebangan liar dan atau kayu-kayu basah ?)
Sepintas tak ada arti apa-apa bagi orang yang melihat aktifitas mereka, namun bagi keluarganya mereka merupakan tulang punggung kehidupannya.


Terlalu naif apabila seseorang mengatakan bahwa hidupnya sudah tidak berarti lagi, sungguh dia termasuk orang yang sangat-sangat egois. Walau seorang yang sudah sebatangkarapun aku yakin kalau dia mau masih banyak orang-orang yang membutuhkannya.
Carilah sesuatu hal yang membuat hidupmu lebih hidup dan berarti, tidak harus jadi orang kaya dan banyak uang untuk melakukan itu. Yakinkan bahwa diri kita masih diberi waktu oleh TUHAN untuk melakukan hal-hal yang akan kita pertanggujawabkan kelak dikemudian hari.

Untuk membuat hidup kita ini lebih berwarna perlu kita cari apa yang memotivasi kita atau siapa yang membuat kita lebih semangat dalam menjalani hidup ini, bisa istri, suami, anak, teman, masa lalu, orangtua dll.
Bisakan kita mendapatkannya untuk selalu dekat dengan mereka ? kalau tidak bisa, biarkan mereka ada dalam hati kita saja dan kobarkan semangat bahwa orang itupun melakukan hal yang sama untuk kita.


DK-Rizal
Bandung, 14 Agustus 2009

No comments:

Post a Comment