Monday, September 17, 2012

KISAH 3 KARUNG BERAS:"KASIH IBU YANG MURNI"


Ini adalah kisah yang amat mengharukan. Membacanya sungguh membuat hati trenyuh. Inilah makanan utama bagi jiwa yang haus akan jauh sayang. Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.

Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.

Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Dan kemudian berkata kepada ibunya: “Bu, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”.

Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata, “Kamu memiliki niat seperti itu ibu sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau ibu sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya ibu yang akan bawa kesana”.

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, ibunya sampai menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh ibunya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata, ” Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”. Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata, “Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah, jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”.

Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras”. Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: “Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu!”.

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata, “Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”. Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata, “Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.”

Sang ibu buru-buru menolak dan berkata: “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.

Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.

Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata, “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.”

Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun ibunya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan ibu yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat ibunya dan berkata, “Oh Ibuku……”

Pepatah mengatakan, “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan” Inilah kasih seorang ibu yang terus dan terus memberi kepada anaknya tanpa mengharapkan kembali dari sang anak.

Hati mulia seorang ibu demi menghidupi sang anak, berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada ibu dimanapun ibu kita berada dengan satu kalimat, “Terimakasih Ibu.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. Selamanya”.

Kisah Inspiratif dari SL Books

JEMBATAN PERSAUDARAAN


Alkisah hiduplah dua orang kakak beradik yang semula hidupnya sangat rukun, tetapi akhirnya terjatuh ke dalam pertengkaran serius hanya karena kesalahpahaman kecil di antara keduanya. Padahal selama 40 tahun mereka hidup damai harmonis berdampingan tanpa pernah ada konflik menegangkan di antara keduanya..

Suatu pagi, lewatlah seorang tukang kayu yang mengetuk rumah sang kakak. “Maaf tuan, saya sedang mencari pekerjaan,” kata pria itu dgn ramah. “Barangkali tuan berkenan memberikan sebuah pekerjaan untuk saya selesaikan.”

“Oh ya!” jawab sang kakak. “Saya punya pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang di seberang sungai di sana. Itu adalah rumah tetanggaku, …ah sebetulnya ia adalah adikku.

Minggu lalu ia mengeruk bendungan lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu, sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami.

Hmm, barangkali ia memang sengaja ingin mengejekku, tapi aku akan membalasnya setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya.” Ungkap sang kakak terhadap tukang kayu itu.

Kata tukang kayu, “Saya mengerti Tuan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat hati tuan merasa senang.”

Sang kakak meninggalkan tukang kayu itu untuk bekerja sendirian.

Di sore hari, ketika ia kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tdk ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Yang ada malah adalah sebuah jembatan kayu yang melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dgn ladang milik adiknya. Jembatan itu tampak begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.

Dari seberang, terlihat sang adik bergegas menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar. “Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku, Kak”

Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Segala perselisihan paham dan curiga akhirnya luntur di tengah jembatan. Api amarah kebencian di antara keduanya telah padam, digantikan dengan hangatnya jalinan hati kasih.

Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap untuk pergi.

“Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari. Kami punya banyak pekerjaan untukmu,” pinta sang kakak.

“Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,” kata tukang kayu, “tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.”

Demikianlah dalam hidup kita. Hendaknya kita bisa menjadikan diri sebagai jembatan untuk menumbuhkan kasih dan persaudaraan dalam lingkungan keluarga kita. Hendaknya kita bisa menjadi jembatan untuk menumbuhkan semangat persahabatan di dalam lingkungan sekolah maupun kerja.

Hidup akan terasa indah bila semuanya hidup harmonis dan tenang damai, tanpa pertikaian, percekcokan, pertengkaran dan pertentangan yang tidak ada habis-habisnya. Rasa persaudaraan dan persahabatan yang dilandasi dengan semangat kasih, akan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan hidup bagi kita semua. Mari tumbuhkan dan pererat tali persaudaraan dan hubungan persahabatan, agar tidak lekang selamanya.

Kisah Inspiratif dari SL-BOOKS

KASIH ORANG TUA KEPADA ANAK


Seorang kakek berumur 90 tahun duduk di sofa bersama putranya yang terpelajar, berusia setengah baya. Tiba-tiba seekor burung gagak terbang dan bertengger di jendela.

“Apa itu?” tanya kakek tersebut.

“Burung gagak,” jawab anaknya.

Beberapa menit kemudian, si ayah kembali bertanya lagi kepada anaknya, “Apa itu?”

Si anak berkata, “Ayah, tadi saya baru bilang, itu burung gagak.”

Sebentar kemudian, kakek itu kembali bertanya untuk ketiga kalinya.

“Apa itu?”

Kali ini, si anak jadi kesal dan menjawab gusar, “Itu burung gagak, burung gagak, burung gagak.”
Selang beberapa saat, kakek itu bertanya lagi untuk keempat kalinya, “Apa itu?”

Kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran. Dengan setengah membentak, ia bertanya, “Mengapa Ayah terus menanyakan hal yang sama terus-menerus? Saya sudah bilang berkali-kali, ‘Itu burung gagak’. Apakah Ayah tidak bisa lagi mengerti?”

Tanpa menjawab, kakek itu pergi ke kamarnya dan kembali dengan sebuah buku harian usang yang ditulisnya sejak anaknya lahir. Ia lalu membuka satu halaman dan meminta anaknya membaca halaman itu.

“Hari ini, putra cilikku yang berumur 3 tahun duduk di sofa. Tiba-tiba seekor burung gagak terbang mendekat dan bertengger di jendela. Putraku bertanya 23 kali apa itu. Dan saya jawab 23 kali bahwa itu burung gagak. Saya memeluknya setiap kali ia menanyakan pertanyaan yang sama, lagi dan lagi sebanyak 23 kali. Sama sekali tak ada rasa jengkel. Yang terasa justru kasih sayang kepada putraku yang belum mengerti apa-apa.”

Ketika putra ciliknya bertanya 23 kali, apa itu, pria tersebut sama sekali tidak marah dan menjawab 23 kali dengna jawaban yang sama. Tapi, ketika pria itu bertanya 4 kali pertanyaan yang sama kepada anaknya, si anak jengkel dan marah.

Moral Cerita :
Jika orangtua sudah lanjut usia, jangan tolak mereka dan menganggap mereka sebagai beban. Bicara kepada mereka dengan kata-kata baik, tenang, sopan, dan manis budi. Beri perhatian dan kasih sayang kepada mereka.

Mulai hari ini katakan atau janji kepada diri sendiri, ‘Saya ingin lihat orangtua saya bahagia untuk selamanya. Mereka telah mengasih dan mengasuh saya sejak bayi. Mereka selalu melimpahi saya dengan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Saya berjanji akan belajar sabar seperti orangtua saya sabar dengan saya ketika kecil. Mengucapkan kata-kata manis seperti yang selalu dilakukan mereka ketika saya tidak mengerti.’

Artikel ini dipersembahkan untuk semua orang tua di dunia, semoga mereka selalu berbahagia. Semoga demikianlah adanya. 

kisah Inspiratif dari SL-BOOKS

BUKU CATATAN AYAH


Ayah dan ibu sudah menikah 30 tahun & Michael tidak pernah melihat mereka bertengkar.

Bagi Michael, perkawinan ayah & ibu menjadi teladan baginya. Setelah menikah, dia dan istrinya sering bertengkar karena hal-hal kecil.

Ketika pulang ke rumah ayahnya, Michael menuturkan keluhannya pada ayahnya. Ayahnya mendengarkan kemudian masuk ke kamarnya, dan keluar dengan mengusung buku-buku & ditumpuknya di depan Michael.

Sebagian buku sudah kuning, kelihatannya sudah disimpan lama. Dengan penuh rasa ingin tahu Michael mengambil satu buku itu. Tulisannya benar tulisan ayahnya, agak miring dan aneh, ada yang jelas, ada yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembusi beberapa halaman.

Michael membaca halaman2 buku itu. Semuanya merupakan catatan hal-hal sepele, “Suhu udara berubah jadi dingin, ia mulai merajut baju wol untukku. Anak-anak berisik, untung ada dia.”

Semua itu catatan kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, cinta ibu kepada anak-anak dan keluarga. Matanya berlinang air mata. Michael mengangkat kepala, dengan haru dia berkata pada ayahnya, “Ayah, saya sangat kagum pada ayah dan ibu.”

Ayahnya berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga bisa.”

Ayah berkata lagi, “Menjadi suami istri selama puluhan tahun, tidak mungkin menghindari pertengkaran. Ibumu kalau kesal, suka cari gara-gara, melampiaskan kemarahannya dan ngomel. Dalam buku aku tuliskan yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Seringkali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai sobek, tembus oleh pena. Tapi aku terus menulis semua kebaikannya. Aku renungkan, akhirnya emosi itu lenyap yang tinggal semuanya kebaikan ibumu.”

Michael mendengarkan, lalu bertanya, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?”

Ayah tertawa dan berkata, “Ibumu juga memiliki buku. Bukunya berisi kebaikan diriku. Sering kami saling bertukar buku & saling menertawakan. Ha…ha…ha…”

Tiba-tiba Michael sadar akan rahasia pernikahan, "Mencintai itu sangat sederhana. Ingat dan catat kebaikan pasangan. Lupakan dan maafkan segala kesalahannya."

Kisah inspiratif dari  SL-BOOKS

Tuesday, September 11, 2012

REFLEKSI DIRI


Seorang tukang bangunan yang sdh tua berniat untuk pensiun dari profesi yg sdh ia geluti selama puluhan tahun.

Ia ingin menikmati masa tua bersama istri dan anak cucunya. Ia tahu ia akan kehilangan penghasilan rutinnya
namun bagaimanapun tubuh tuanya butuh istirahat. Ia pun menyampaikan rencana tersebut kpd mandornya.

Sang Mandor merasa sedih, sebab ia akan kehilangan salah satu tukang kayu terbaiknya, ahli bangunan yg handal yg ia miliki dlm timnya. Namun ia juga tdk bisa memaksa.

Sebagai permintaan terakhir sblm tukang kayu tua ini berhenti, sang mandor memintanya untuk sekali lagi membangun sebuah rumah untuk terakhir kalinya.

Dgn berat hati si tukang kayu menyanggupi namun ia berkata krn ia sdh berniat untuk pensiun maka ia akan mengerjakannya tdk dgn segenap hati.

Sang mandor hanya tersenyum dan berkata, " Kerjakanlah dgn yg terbaik yg ĸª♏ü bisa. ĸª♏ü bebas membangun dgn smua bahan terbaik yg ada."

Tukang kayu lalu memulai pekerjaan terakhirnya. Ia begitu malas-malasan...
Ia asal-asalan membuat rangka bangunan, ia malas mencari, maka ia gunakan bahan-bahan berkualitas rendah. Sayang sekali, ia memilih cara yg buruk untuk mengakhiri
karirnya.

Saat rumah itu selesai... Sang mandor dtg untuk memeriksa. Saat sang mandor memegang daun pintu depan, ia berbalik dan berkata, " Ini adalah rumahmu, hadiah dariku untukmu !!! "

Betapa terkejutnya si Tukang Kayu. Ia sangat menyesal. Kalau saja sejak  awal ia tahu bahwa ia sdg membangun rumahnya, ia akan mengerjakannya dgn sungguh-sungguh. Skrg akibatnya, ia harus tinggal di rmh yg ia bangun dgn asal-asalan.

Inilah refleksi hidup Ќi†a !!!

Pikirkanlah kisah si tukang kayu ini.
Anggaplah rumah itu sama dgn kehidupan Anda. Setiap kali Anda memalu paku, memasang rangka, memasang keramik, lakukanlah dgn kejujuran, segenap hati, dan bijaksana.

Sebab kehidupanmu saat ini adalah akibat dari pilihan mu ∂ï masa lalu... Dan masa depan mu adalah keputusan yang kita ambil saat ini...

Saturday, September 8, 2012

DOKTER NEGARA MAJU PELIT KASIH OBAT


Pengalaman seorang dokter sekaligus ibu dari seorang anak di belanda, patut disebarkan.... artikel dan info yang sangat bagus

Belum sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dr. Knol.

"Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection." kata dokter tua itu.

"Ha? Just wait and see?" batinku meradang. 
Ya, aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain.

"Obat penurun panas Dok?" tanyaku lagi.
"Actually that is not necessary if the fever below 40 C."

Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter disini pelit obat. Karena itu, aku membawa obat dari Indonesia.

Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya bertambah. Aku kembali ke dokter. Dia tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.

"Anakku ini suka muntah-muntah juga Dok," kataku.
Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. "Apakah dia sudah minum suatu obat?"

Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,
"Kenapa kamu kasih syrup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja."

Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau!

Setibanya dirumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku.
"Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya. Mau 37, 38 apa 39 derajat, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!"

Sewaktu praktek menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi secuil-secuil ilmu kudapat. Seperti orang travelling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, dua hari ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas berdiam di Berlin dan Swiss, waktu habis. Tibalah saat pulang ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama. Banyak negara dan kota di Eropa belum disambangi. Itulah kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah yang kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng, kami mengintip resep ajian senior!

Setelah Malik sembuh, Lala, putri pertamaku sakit. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia. Batuknya tak hilang dan ingusnya masih meler. Lima hari kemudian, Lala kubawa ke huisart.

"Just drink a lot," katanya ringan.

"Apa nggak perlu dikasih antibiotik Dok?" tanyaku tak puas.

"This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik," jawabnya lagi.

Lalu ngapain dong aku ke dokter,tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq!
"Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak."
Ternyata isi obat Thyme itu hanya ekstrak daun thyme dan madu.

Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia. 

Putriku sembuh. Sebulan kemudian sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit.
"Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya?"

Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya,huisart-ku menjawab,"Nothing to worry. Just a viral infection."

"Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok," 

Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. "Do you know how many times normally children get sick every year?"

"Twelve time in a year, researcher said," katanya sambil tersenyum lebar. "Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat," sambungnya.

Aku pulang dengan perasaan malu. Barangkali si dokter benar, aku selama ini kurang belajar.

Setelah aku beradaptasi dengan kehidupan di Belanda, aku berinteraksi dengan internet. Aku menemukan artikel Prof. Iwan Darmansjah, ahli obat-obatan Fakultas Kedokteran UI. 
"Batuk - pilek beserta demam yang terjadi 6 - 12 bulan masih wajar.observasi menunjukkan kunjungan ke dokter terjadi 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun."

"Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan penanganannya, Pertama, obat diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi.

Duuh…kemana saja aku selama ini. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho!.
Di Belanda 'dipaksa' tak pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak, kondisi anakku jauh lebih baik. Mereka jarang sakit.

Aku tercenung mengingat 'pengobatan rasional'. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yg kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan aku panik dan membawa ke dokter, sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional!
Sistem kesehatan Belanda menerapkan betul apa itu pengobatan rasional.

Aku baru mengetahui ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga banyak negara termasuk Amerika Serikat,dipakai secara luas untuk anakanak. Tetapi resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen tersedia di apotek dan boleh digunakan usia anak diatas 6 bulan, di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama anak demam.

Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan. Karena kekurangan dan ketidakmampuan,penyakit anak sehari-hari, orang desa relatif 'terlindungi' dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar,cukup berduit,melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, 'memaksa' agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter 'menjual' obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.

Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi?

Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya? Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh!

Aku sadar. Telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya 'hanya' konsultasi, memastikan diagnosa penyakit dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja.

Di Indonesia, ke dokter = dapat obat?
Sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi.

Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya.Kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Setidaknya, bila pasien 'bergerak', masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan.

Dikutip dari buku "Smart Patient" karya dr. Agnes Tri Harjaningrum


Tuesday, September 4, 2012

CARA MENGEMBALIKAN AKUN FACEBOOK YANG DI HACK

Pernah terpikir akun FB kita dibajak orang ? password kita diganti dan kita tidak bisa mengendalikan akun FB kita ?

Tentu hal itu menjadi masa-masa paling mendebarkan. Sebab, bukan tidak mungkin akun Anda dimanfaatkan untuk mencari keuntungan oleh si pembajak.

Saya juga pernah, akun FB saya digunakan untuk jualan HP, dengan membuat album di foto album saya, untung saya punya BB sehingga email saya terpantau, saya sempat heran pada saat saya lagi on line ada email masuk ke BB saya dan mengatakan bahwa saya telah merubah password FB, kaget juga sih, kapan saya robah password ? apalagi itu dilakukan beberapa menit lalu dan saya masih online dengan FB saya .
Setelah saya coba buka FB, ternyata udah tidak bisa lagi, untung segera bisa saya selamatkan.
Hebat juga tuh hacker, bisa ngetag foto sebanyak 25 foto dengan jumlah teman yang di tag (ditandai) per foto antara 80-90 orang dalam beberapa menit.
Menurut informasi katanya ada softwarenya untuk ngetag dan nge hack.
Ngeri juga jika digunakan untuk menipu teman-teman di FB kita, misalnya pinjam uang, atau apalah namanya yang merusak nama baik kita.


Menurut informasi profesor google ternyata yg bisa di hack adalah email kadaluarsa dan dari yahoo.... atau email yg jarang dibuka lebih dr 3 bulan.....

Bener juga, karena untuk FB saya memang pake email lama yang tidak pernah dibuka (yahoo), tapi ada email alternatifnya yang biasa saya buka... untuk urusan kantor,..... untung saja ya.

TIP-TIP singkat menghindari pembajakan akun :

  1. Gunakan / daftarkan 2 (dua) email anda ke akun FB, sehingga apabila email yang satunya dibajak, kita bisa gunakan email yang satu lagi.
  2. Email yang dibajak kebanyakan merupakan email yahoo yang sudah lama tidak aktif (3 bulan tidak pernah dibuka), maka sekali-2 perlu juga kita membuka email kita.
  3. Bedakan password email dengan password FB.
  4. Segera ganti password FB setelah selamat dari pembajakan. 
  5. Selalu Gunakan keamanan email dengan membuat pertanyaan saat pertamakali membuat akun email. (ini wajib)
  6. Untuk modus pembajakan yg digunakan jualan HP, apabila akun FB sudah bisa diambil kembali, cari album foto HP di album foto FB kita dan langsung hapus albumnya sekaligus, karena pembajak sudah membuat beberapa foto HP dan men-tagnya  per foto antara 90-100 org teman2 kita di FB.
  7. Jangan terima pertemanan FB yang benar2 tidak kita kenal,  kadang kala mereka menggunakan akun teman kita yang kita kenal dari hasil bajakan juga sih. gila....  

saya coba buka literatur dari profesor google :
Ahmad Alkazimy dari Indonesia Computer Emergency Response Team (Id-CERT) menyatakan bahwa pihaknya dalam beberapa pekan terakhir telah menerima 3 permintaan pemulihan terkait dengan kasus pembajakan akun Facebook. Ketiga kasus tersebut adalah:

  1. Satu akun dibajak pada awal Maret 2012, email asli dan nomor telepon  akun telah diganti dengan akun email dan nomer telepon si pembajak. Untuk kasus ini, si pembajak meminta transfer sejumlah uang kepada korban dan mengancam untuk melakukan penghapusan grup milik korban (karena korban memiliki grup di Facebook).
  2. Satu akun dibajak pada awal Maret 2012, email asli dan nomor telepon belum diubah, namun mengancam korban untuk menyetorkan uang. Akun berhasil dipulihkan dalam waktu 1 minggu setelah pelaporan.
  3. Satu akun dibajak sekitar 1 tahun yang lalu, korban telah melaporkan kepada penegak hukum, email dan nomor telpon korban telah diganti dengan kontak si pembajak, kemudian si pembajak meminta transfer uang kepada seluruh teman akun yang dibajak.


“Akun berhasil dibekukan dalam waktu 24 jam setelah Id-CERT meminta akun tersebut dibekukan/dimatikan sesuai permintaan dari korban,” tukas Ahmad kepada detikINET.

Menyikapi ketiga kasus di atas, Id-CERT telah berkoordinasi dengan kontak utama Facebook dan respons mereka adalah sebagai berikut:

  1. Untuk masalah pembajakan umum, silakan menempuh prosedur ‘terbajak’ di Facebook melalui URL: https://www.facebook.com/hacked
  2. Fase yang berlaku di Facebook:
  • Fase Darurat: fase ini yang ditempuh Id-CERT bersama dengan Facebook. Dalam fase darurat ini, akun pembajak dan terbajak (korban) akan dibekukan oleh pihak Facebook. Pembekuan adalah harus sesuai permintaan dari pemilik akun yang asli, apakah akan bersifat sementara, ataukah permanen. Laporan dapat dikirim email ke :  cert@cert.or.id.
  • Fase Pemulihan: fase pemulihan ini mengikuti prosedur yang terdapat dalam poin 1 di atas, pemilik akun asli harus menempuh opsi 1. Pemilik akun yang asli akan dihubungi langsung oleh pihak Facebook tanpa melalui Id-CERT.


“Sangat disarankan bagi para pengguna yang akunnya terbajak menempuh opsi pertama di atas. Opsi kedua ditempuh hanya bila tidak ada respons sesuai dengan jangka waktu yang diberikan dalam prosedur pemulihan,” Ahmad menandaskan.

sekian Solusi Ketika Akun Facebook Anda Dibajak.